Posts

Showing posts from November, 2018

Sajak Untuk Siapa

Katanya kau lacur tak berotak baru di tinggal mati sudah menikah lagi. Katanya kau tak berhati, anak kau tinggal pergi dan tak kembali. Caci maki kau dapati bagai belati menusuk keji ke ulu hati, kau tak bersua tak juga terhentak. Di malam suami mu mati kau hanya diam meratapi " Bagaimana aku nanti " teriak mu dalam hati. Mungkin kau terlalu takut menyepi hingga tak berani lama- lama sendiri.

Laluaku# Hidup dan tumbuh bersama

Kita sama - sama suka mengkotak katik kata kita sama - sama penikmat buku berwangikan sajak- sajak sendu bedanya, kamu pandai melukis rapih, aku bikin bulat buat bulan saja masih banyak celah untuk di cela. Kita hidup dan tumbuh bersama. Hubungan yang sulit di jelaskan , bukan karna saling menyukai barang barang ini itu kita memutuskan untuk berteman. Aku tidak tahu jika akan hidup dan tumbuh bersama gadis membosankan seperti kamu. Gadis hemat kata , terlalu baik pada manusia yang jelas kamu tahu bahwa kamu sedang di bodohi, kamu terlalu biasa - biasa saja menanggapi isi bumi yang riuh ini. terlalu menyamakan semua hal dengan biasa saja. kamu memang begitu atau apa ? Aku terlalu takut masuk ke pintu baru ini bumi sudah rapuh dan aku di buat jatuh , terisak berhari- hari tanpa henti bertanya-tanya kenapa hidup ku jadi begini. Aku bilang "aku lelah " lelah ga menyelesaikan apapun " mau mengeluh serajin apapun tentang hidup mu tidak akan merubah apap...

Bapak dan Ibu

Ibu sudah keronta di makan usia garis wajah nya sudah mengerut bergelut dengan waktu. Lengan nya tak lagi leluasa mengaduk adonan seperti sedia kala pagi buta ibu sudah berlomba dengan ayam tetangga . Bangun pagi bergegas pergi kekota menjual nasi uduk yang ibu buat pagi pagi buta, sampai di kota lagi lagi ibu tetap berlomba dengan kepala kepala perkasa. Bapak sama keronta nya kerut matanya lebih sayu dari ibu kadang terlihat sendu saat sendiri menikmati kopi pahit jaman dulu mungkin itu karna bapak kepala keluarga. Bapak beradu dengan si biru siapa tau di dapet ikan hiu agar tak perlu berepot- repot mengaduk -aduk laut melulu. Anak bapak dan ibu tak berani mengerutu ingin ini itu kasihan jika harus melihat bapak dan ibu berwajah pilu.

Keparat Malang

Malam dan hujan saksi kau menangis kesakitan pagi dan mendung menyambutmu dari sisa- sisa sesak semalam. Patah hati membuat mu bermalas -malasan menumpuk kenang yang seharusnya sudah kau musnahkan. Pria bangsat mana lagi yang kau sesalkan apakah hobi mu menuang kegetiran ? ke cangkir yang penuh ke malangan.

Laluaku# Mie Instan

Wajah mu merona bak kepiting rebus bukan karna tersipu malu, tapi menahan marah katamu. Malam, sebelum kamu pulang aku sengaja masak mie instan extra pedas. ku lahap habis sembari terisak- isak Belum selesai aku terisak, pintu terbuka kamu pulang lebih cepat dari biasanya "sial" seruku di hati KAMU KENAPA ?? teriak mu tiba-tiba panik melihat tisu berserakan dan bulir-bulir  di wajah ku yang merah, Aku... belum ku selesaikan kalimat lanjutan kamu lekas beranjak ke dapur mengambil segelas air "nih minum" Kamu mengulang pertanyaan dengan lebih lembut "kamu kenapa ko nangis ? sedih ? " agak ragu karna jawaban ku akan membuat mu murka ,ku putuskan untuk mengeleng lemah, Tapi bukan kamu jika gampang menyerah. "aku makan mie instan extra pedas dan kepedesan " jawabku pasrah. benar saja kamu diam menahan kesal. Kamu beranjak pergi ke kamar tanpa kata penutup aah... mie sialan berakhir patal keluhku dalam hati, "Kamu Marah....